Written by Lover



Selamat pagi anak-anak.!!!
Sapa ibu Dinna kepada semua anak muridnya yang kelihatan tampan-tampan dan cantik-cantik dengan seragam putih abu-abu itu.(kalo di rata-rata ya lumayan)
Selamat pagi Buuu!!!
Balas anak-anak murid  dengan nada malas masih ngantuk, semua kelihatan belum siap menerima pelajaran geografi yang akan dibawakan oleh wali kelas periang itu. Dengan tas kulit bergelantung dipinggir pinggang sebelah kirinya bu Dinna sambil memegangi tali tas dengan tangan kiri tersenyum lebar selebar martabak bangka kepada bangku paling kanan dari tempatnya berdiri, letaknya tepat didepan meja guru. Ralat, bu Dinna bukan tersenyum kepada bangkunya tapi kepada makhluk cantik, berambut panjang, berkulit putih dengan rona-rona merah yang duduk disitu. Makhluk cantik itu mempunyai mata cerdas yang selalu nampak diam terpana pada papan tulis yang tak pernah bersih itu. dia pun tersenyum canggung. Ananda Fika namanya, teman-temannya lebih senang memanggilnya Fika, dialah sang ratu pujaan” yang selalu jadi idaman anak-anak lelaki teman sekelasnya, termasuk Defa, Defa Dirgantara nama panjangnya. Anak malas, paling ngga suka belajar, senangnya main keluyuran bareng Adit dan Eko. Selalu dapat rangking paling belakang alias paling buncit, tapi Dee ( panggilan akrabnya ) pernah juga beberapa kali dapat rangking tengah, sekitar rangking 25an, sama sekali ngga membanggakan.
Catatan: Defa sudah tiga tahun mengejar cinta Fika tapi ironisnya ia belum pernah sekalipun berhadapan langsung dan berbicara dengan Fika. Lalu hal-hal yang pernah dilakukan Defa untuk menarik perhatian Fika adalah: Jatuh didepan Fika (kadang salah tingkah kemudian jatuh sendiri ngga jelas), nguntit setiap pulang sekolah, mimpiin Nanda. That’s all
Bertolak belakang dengan Defa, Fika selalu dapat rangking pertama, karena Fika senang belajar, rajin masuk kelas, rajin mengerjakan Pr, semua temannya selalu terdecak kagum kepadanya. Perfect sekali..!, tapi tak ada gading yang tak retak. Satu hal yang kurang dari Fika menurut teman-teman sekelasnya, sangat disayangkan sekali gadis secantik dan semanis Fika belum punya pacar, padahal itu bukan sebuah kekurangan lho. Sebut saja Roy, Umar dan Rian yang pernah mengalami perjalanan pahit saat mendekati Fika. Sampai akhirnya mereka dinyatakan menyerah tanpa sebab yang jelas.
 Ada sebuah rahasia tentang diri Fika yang mereka semua tidak ketahui. Misteri dibalik kediaman Fika. Hingga kebanyakan orang berfikir Fika hanya mementingkan nilainya. Faktornya di kelas bahkan di sekolah dia selalu dapat rangking  terdepan. Dan ini pula sebab mengapa Bu Dinna sayang sekali denganAnak emasnya .
“Oh,   Sicantik udah siap belajar yach(
Bu Dinna menyapa Fika dengan penuh senyuman dan semerbak kembang tujuh rupa.
..
Fika hanya tersenyum malu, tanganya melipat diatas meja.
Senyumnya Fika itu ibarat bunga yang baru bermekar, cantik sekali..!! rona-rona merah padam itu nampak membuat indah kedua pipinya. Oh more than tuft of rossess.
Tapi semua itu memudar seiring berjalannya jam pelajaran. Senyuman Fika tak lagi tersungging manis, senyum itu mengecil seperti bunga mawar yang menguncup dan akhirnya layu ditelan detik. Tatapannya seketika itu berubah total, Bola matanya fokus seperti melihat setitik cahaya di kegelapan yang pekat, Fika bahkan tak bergeming ketika Erni, teman sebangkunya menyindirnya dengan suara yang seharusnya bisa didengar oleh Fika.
“ Serius amat siy cantik..hehehe”
“.. , Fika hanya terdiam.
“., Erni ikut terdiam.
Ini tahun ke tiga dimana Erni dan Fika duduk berdampingan, Erni mengerti Fika memang selalu seperti ini, tapi Erni tak pernah berfikir macam-macam tentang Fika. Sambil memperhatikan mata Fika yang jarang berkedip, Erni menyungging senyum kecil seperti kakak yang tersenyum pada adiknya.
Lalu Defa.. yang terlihat masih mengantuk itu, tatapannya sedikit-sedikit berpaling pada Fika, seperti ingin tapi tak ingin, sesekali tatapan itu menyapa Fika dengan hangat. Namun Fika pun tak beranjak dari dunianya yang damai. Melihat Fika yang seperti itu hati Defa berkata.
 nggak.. elo nggak akan bisa ngedeketin dia.. Liat dia tuh terlalu cantik buat lo Dee, udah lupain ajalah.
Lalu Adit yang duduk disebelah kanan Defa itu  berbisik kecil,
Udah cukup.kupkupppp..,
Sambil tangannya yang terbuka lebar menghalang-halangi mata Defa yang sibuk terpaku pada sosok Fika.
Segitunya lo Dee.. Udah lah, dia beda Dee sama kita.. masih banyak cewek normal, kenapa sih mesti dia?? Cewek aneh gitu aja dipikirin..”,Adit menggumam.
Adit memang salah satu anak yang ngga tertarik pada kecantikan Fika, Adit Cuma tertarik pada sulap.
Berisik loh,Defa merespon dengan wajahnya yang terlihat tak kuat menahan senyum, dan matanya yang sudah gemas ingin menjitak kepala Adit..
Setelah itu Defa memalingkan wajahnya dari Fika dan menempelkannya diatas buku yang dia taruh asal-asalan di permukaan mejanya. Dia befikir keras bagai mana cara yang tepat dan efektif untuk menaklukkan hati Fika.
15 menit berlalu tanpa hasil,  sampai suara Bu Dinna yang setengah teriak itu bergetar dikuping Defa.
Siapa yang mau maju Bantu ibuuu..!!
Anak-anak kebingungan sebentar, mata mereka tertuju pada Bu Dinna yang baru selesai membuat peta..
Anak-anak mulai penasaran apa yang akan dilakukan bu Dinna.
Siapa yang tau dalam peta ini, mana daerah pengrajin batik..!!,
Yang bisa angkat tangan lalu langsung maju kedepan ya..!!,Tambah Bu Dinna.
........., Anak-anak itu terdiam membisu. Lalu Defa yang sedang memejamkan mata di bangku paling kiri itu sentak berfikir cepat dan membuka bukunya. Sambil mencari-cari nama kota penghasil batik
Sudah tiga tahun Defa suka dengan Fika, tapi baru kali ini dia ada niatan maju untuk mendapatkan hati Fika. Matanya jarang kena huruf-huruf dibuku itu mulai menyerap nama-nama daerah beserta mata pencarian kedalam otaknya yang kecil.
Keringat, degub jantung yang kencang dan sakit perut itu datang.
Ketika sudah mendapatkan lokasi yang dimaksud dan hendak mengangkat tangan, tiba-tiba sakit perut Defa mendadak menyengat.. Ugh..
Sakit perut itu tercipta karena kekhawatiran yang mendalam dan stress yang berlebihan. Setelah beberapa detik terdiam seraya menenangkan hati akhirnya Defa pun mengangkat tangannya tinggi-tinggi, tapi sayangnya sudah terlambat. Dari bangku di depan meja guru itu Nanda sudah mengangkat tangannya terlebih dahulu.
Bukannya Bu Dinna menghiraukan Defa, tapi karena saat itu ruang pandang Bu Dinna langsung mengarah ke Fika yang duduk tepat didepannya jadi Bu Dinna ngga melihat dengan jelas bahwa setelah Fika yang sudah terbiasa maju ke depan kelas itu mengangkat tangan, masih ada seorang lagi yang memaksakan diri untuk angkat tangan, yaitu anak yang cukup terkenal karena selalu menggelengkan kepala bila disuruh maju, dialah Defa. JREEEEEENGGG (tapi sudah terlambat percuma)
Yap, Cantik mau maju. Silahkan..
Bu Dinna menggoda Fika lagi.
..
Defa terdiam sambil menarik kembali tangannya yang tadi dia angkat tinggi-tinggi.
Adit juga diam keheranan, heran karena Defa yang semasa hidupnya ngga pernah mau maju tapi barusan mengangkat tangan dengan tinggi.
Ayo cantik.. yang mana daerah pengrajin batik???
Tanya Bu Dinna sambil memberikan penggaris kayu kepada Fika.
Tanpa basa-basi dan berniat ingin mengulur-ulur waktu Fika langsung menunjuk peta itu, dan Bu Dinna pun tersenyum bangga. Di usianya yang sudah menginjak angka 40, senyum itu masih terlihat  muda.
Iyaa, benar yach anak-anak, daerah pengrajin batik itu di sini.. JOGJA.., sambil menekankan kebenaran yang dilakukan oleh Nanda.
Lalu Bu Dinna menjelaskan sedikit tentang jogja,
“Jogja adalahBlabla..bla..blabla..”
Terdengar seperti itu bagi Defa, karena yang diperhatikannya kala itu cuma Fika yang bergegas kembali kebangkunya dengan rapi dan wajah merah padam ditekuk kebawah.
Baik, sekarang  siapa yang mau Bantu ibu lagi!!
 Tapi kali ini langsung maju yah.. nggak usah nunjuk lagi!!,Tambah Bu Dinna. Anak-anak terlihat excited sekali, belum pertanyaan kedua itu dilontarkan, anak-anak itu sudah membuka buku mereka. Dengan gelagat seperti dalam quis berhadiah jutaan rupiah mereka hening sekejap seraya mempersilahkan Bu Dinna melontarkan pertanyaan.
Oke, baik Sekarang siapa yang bisa nunjukin lokasi didalam peta ini daerah penghasil emas..!!.
Lalu anak-anak itu membungkambukan bungkam tanpa alasan, mereka sibuk menelaah kembali buku geografi mereka, satu demi satu kata mereka teliti. Defa kali ini dibantu Adit. Padahal Adit  masih bertanya-tanya gerangan apa yang membuat Defa berani mengangkat tangan tadi. Tapi Adit memilih untuk membantunya untuk maju ketimbang menanyakan hal itu.
Beberapa detik berlalu dan akhirnya,
ketemu..!!, Adit berbisik sambil menunjuk tulisan itu. Jawaban atas pertanyaan bu Dinna. Dengan niat ingin unjuk gigi didepan Fika Defa bergerak cekatan. Tapi Nasib berkata lain, baru saja Defa bergegas maju sambil mengangkat badannya dengan cepat keluar dari bangkunya, Fajar yang duduk diseberang Defa itu pun melakukan hal yang sama dan melangkah kearah yang sama pula, lalu dengan kecepatan tinggi mereka bertabrakan Brrug..!! Defa jatuh terpelanting setelah terjadi tumbukan dengan Fajar yang badannya dua kali besarnya badan Defa dan terbukti bisa menahan laju sebuah bajaj.
Kepala Defa terbentur kaki meja. Lalu anak-anak yang melihat itu kaget seketika kemudian semua malah tertawa pada Defa. Defa pun hanya merintih kesakitan.
Adduh..,Sambil memegangi kepalanya yang telak terbentur kaki meja ”Asli Kayu”. Tetapi Fajar yang terlanjur maju kedepan kelas itu langsung saja berbalik arah ketempat Defa terduduk  sembari meminta maaf pada Defa.
Maaf ..maaf... sambil meneruskan langkahnya dengan perasaan bersalah.
Bu Dinna hampir tertawa melihat Defa yang berusaha keras ingin maju malah jatuh tertabrak Fajar yang besar itu.
Sedangkan Fika tak kunjung mengeluarkan respon, hanya sesekali dia melihat paras Defa yang terlanjur malu dengan tatapan kosong, kemudian pandangannya beralih ke bukunya lagi. Fajar kemudian melanjutkan langkahnya dan langsung menunjuk lokasi peta yang dimaksud Bu Dinna. Naas bagi Defa yang ingin unjuk gigi didepan Fika malah kena musibah memalukan seperti ini. Defa berdiri perlahan dan  kembali ke bangkunya, sesampainya di bangku disampingnya Adit sibuk mengusap-usap pundak Defa, dibantu Eko yang duduk dibelakang mereka.
lo nggak apa-apa Dee??, Tanya Adit seperti ketakutan kalo teman akrabnya ini kena geger otak. Defa hanya memegangi kepalanya, tak mengeluarkan kata apa-apa.
Pandangan Defa lagi-lagi hanya ke Fika. Dia berharap Fika menoreh sedikit saja padanya, Tapi yang dia dapati cuma kekosongan. Nanda sama sekali ngga perduli, memberikan reaksi sedikit pun ngga.(backsound Sadis Afgan)
Setelah insiden itu sepertinya Defa jadi kapok maju kedepan. Defa pun akhirnya duduk dengan tenang setelah dari tadi mengusap-usap kepalanya berulang-ulang.
Jam berputar cepat, mata pelajaran geografi memasuki injury time, Defa dengan benjol setengah matang itu masih duduk dengan tenang.
Baik anak-anak Ibu  rasa cukup untuk hari ini, Karena sedikit lagi UN kalian jangan lupa belajar yang rajin yah.. Karena soal-soal UN sepertinya akan diambil dari Bab I sampai Bab terakhir ibu mohon dibaca lagi ya bukunya dari awal..
”Jangan Main melulu..!! Adit, Defa, Eko..!!.
............. anak-anak ini cuma cengengesan.
Teng...Teng....teng...’
Bel berbunyi, anak-anak pun bergegas memasukkan buku-buku kedalam tas masing-masing. Bu Dinna mencukupkan perkataannya dan mengarahkan pandangan hanya kepada Defa lalu berkata,
Besok-besok kalo mau maju liat samping kanan samping kiri ya brownis, jangan liat yang dipojok terus... ( sakit kan kepalanya...
Defa yang hitam manis itu memerah bercampur membiru.


Waktu berlalu.
Jam ditangan Adit  kini menunjuk pukul 12.05 yang artinya setelah pelajaran bahasa indonesia bel pulang akan berdering.
Ada sedikit tugas dari Bu Ayu.
”Baik Anak-anak..!! untuk Pr, coba buat kata mutiara kalian masing-masing didalam kertas selembar, besok dikumpul ya...!!! karena nanti akan dimuat dibuku tahunan”.
Seru Bu Ayu dengan harapan besok harus sudah jadi.
iya Buuuu..!!
Jawab mereka kurang kompak.
Sudah jadi rahasia tersendiri bagi Defa kalau bakatnya dalam hal-hal seperti buat puisi, buat kata mutiara, atau merangkai kata-kata indah ada pada dirinya sejak SMP. makanya Defa keliahatan bersemangat sekali mendengarnya. Dalam hatinya Defa tertawa gembira. heee.. it's my time”
Teng...Teng....teng...,Bel pulang berbunyi sangat nyaring.
Lalu mereka berhamburan keluar kelas dengan bahagia, cuma Fika yang keliatan biasa berjalan dengan langkah kecilnya, disampingnya Erni mengaktifkan kembali hand phone-nya yang dari awal pelajaran di nonaktifkan. Sampai di depan kelas Fika dan Erni berpisah, Erni sudah ditunggu jemputannya.
Nnda, gue balik duluan yah, mamas gue udah sampe..
Mmm..yaudah,  hati-hati Nii..
Jawab Fika kalem.
Diteras depan kelas itu Fika terlihat menunggu sesuatu, tangannya melipat bersandar pada teras, sorot matanya terlihat melamun pandangannya ke bawah tak bergeser dari lapangan yang letaknya ditengah-tengah sekolah itu. Lalu Defa, dia memilih untuk menunggu Fika sendirian sampai Fika pulang. Adit dan Eko yang biasa pulang bareng Defa disuruh pulang duluan.
Sekitar 30 menit Defa menghujani Fika dengan perhatian, terlintaslah dalam kepala Defa untuk sekalian membuat tugas kata mutiara yang di planning masuk dalam buku perpisahan. Ide itu muncul tiba-tiba,  sambil mengeluarkan secarik kertas Defa befikir keras sembari mengarahkan pandangan terhadap Fika. Setelah beberapa kali mencoret-coret akhirnya terciptalah sebuah kata yang cukup memuaskan bagi Defa. Nih akhirnya Pr selesai.. huft. Kata Defa dengan mantapnya. 
Setengah jam berlalu, Kemudian Fika yang tadi mematung itu tiba-tiba melepaskan tanganya dari teras dan berjalan mengarah ke tangga. Nanda pulang diikuti Defa (sudah biasa menguntit).


Esoknya..
Bu Ayu minta hasil pr yang diberikanya kemarin, lalu dibacanya satu persatu dengan suara yang bisa didengar oleh semua kelas.
”Iwan Bagus Nih Kata Mutiaranya Hari Ini Harus Lebih Baik Dari Hari Kemarin Dan Hari Esok Harus Lebih Baik Dari Hari Ini...!! .
Fika juga bagus nih Dimana Ada Kemauan Disitu Pasti Ada Jalan .
mana lagi nih..??, sambil melihat-lihat tumpukan kertas yang ada di genggamannya.
mhmm... Defa...! ini bener bikinan kamu??, bu Ayu terlihat terkesima.
iya bu.., jawab Defa polos.
”Cinta Adalah Sosok Yang Mengantarkanmu Kepada Kebahagiaan, Maka Dekatilah Dia.
"Mm.. Dalem yaa..", goda bu Ayu.
Fika tiba-tiba mengangkat wajahnya, lalu memandang Defa. Defa kaget kemudian salah tingkah malah menundukkan wajahnya.
Kemudian saat bel  istirahat berbunyi..
Defa, Adit dan Eko dikejutkan oleh Fika yang  tiba-tiba mendatangi Defa. Secara sudah tiga tahun Defa mengejar Fika baru kali ini Fika mendekati Defa dan sepertinya ada sesuatu hal yang ingin disampaikan.
De... , Fika coba menyapa Defa.
........., Defa cuma kaget.
”kata-kata tadi bener bikinan elo..??
i..iya. emang kenapa?, Defa mulai salting, karena ini merupakan kalipertama dia dan Fika berbicara sedekat ini..
”kata-kata itu sering gue denger dimimpi gue.. tapi Gue ngga ngerti maksudnya apa, elo ngerti maksudnya??. tanya Fika terlihat penasaran..
Defa grogi, saking terpesona sama kecantikan Fika.
maksud kata-kata yang gue bikin tadi sih...mhmmm.. kita hidup harus dengan cinta dimana ada hidup yang didasari dengan cinta disitu pasti ada kebahagiaan, cinta yang gue maksud bukan cuma cinta  sama pacar, loh.. seperti cinta suami kepada isteri, cinta ibu ato bapak kepada anaknya sehingga sebuah keluarga mendapatkan sebuah kebahagiaan yang sempurna, gitu fik.
Dengan perkataan sekelas bapak-bapak Defa Senang tiada tara keliahatan dari senyum Defa yang mekar-mekar.
ow gitu.. terimaksih ya de akhirnya gue dapet jawabannya.  Lalu nanda berlalu. Defa dkk cuma diam terperangah.


Seminggu kemudian sehari sebelum UN
Fika kembali mendatangi Defa, kali ini di kantin ketika Defa dkk sedang makan.
De.., Fika menyapa lembut sekali, Defa yang ngga menyangka akan kedatangan Fika di keramaian ini cuma diam terpaku.
De kata-kata lo bener... lanjut Fika sepotong-sepotong.
terimakasih banget udah ngasih jawaban itu ke gue, jujur jawaban itu membuka mata gue.. habis UN gue mau pindah ke Jogja, Malioboro. nyusul kebahagiaan gue”. Mata Fika berkaca kaca.
................ mata Defa cuma bisa diam menatapi mata Fika yang mulai memerah.
 sebelumnya gue ngga pernah ada niat untuk tinggal bersama orang tua gue disana. Gue pikir mereka udah bahagia tanpa gue. karena mereka selalu keliatan sibuk sama pekerjaan masing-masing, padahal berat banget ninggalin mereka disana  Gue tinggal disini sama nenek. udah tiga tahun gue pisah dari mereka. tapi belakangan ini gue sering mimpi mama gue dan sesosok yang berkata Cinta Adalah Sosok Yang Mengantarkanmu Kepada Kebahagiaan, Dekatilah Dia..’ gue ngga ngerti maksud mimpi itu sampai akhirnya gue tau dari lo. gue cinta sama mereka gue kangen banget sama mereka.
............, Defa tersentuh. Kemudian Cuma bisa bilang yawda kejar mereka fik.


Seminggu setelah UN..
Fika sudah sampai Jogja tiga hari yang lalu. Kemudian Fika  mengirim email kepada Defa yang  isinya ternyata bahagia karena cinta itu kaya gini ya dee rasanya, gue seneng banget. oia  terimakasih juga atas semua perhatian yang pernah elo kasih ke gue selama ini, jujur cuma elo dee yang paling perhatian sama gue. Thanks dee it doesn't late to U  for  getting Ur love..  .
................................... Defa Cuma mesem-mesem sendiri dengan ekspektasi tinggi tentunya.  The end.

ini pasti ada part lanjutannya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIDAK MENERIMA SUMBANGAN

Part 2. Semua Jadi Konyol

Poems