Part 3. Penebar kesialan




Aku dan Adel duduk dikelas II-IPS 3, sekolah kami masih menganut sistem jadul yang masih menyebutkan kelas 11 adalah kelas 2 SMA, hari ini kelas kami mengawali persekolahan dengan mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Pak Yanto sudah bersiap dengan Radio tapenya, karena Hapalan gerakan senam SKJ adalah kewajiban yang juga dinilai pada UAS mata pelajaran pendidikan Jasmani dan Kesehatan maka Hari ini kami akan diberikan materi tersebut.
Pada hakikatnya gerakan senam SKJ ini merupakan gabungan antara Joget Disko, Tari balet dan gerakan ibu-ibu cuci baju. Adel pernah berkata seperti itu kepadaku. Jadi tertawa aku jika mengingatnya, dan makin besar saja suara tertawaku setelah melihat Adel memakai baju, sepatu balet, lengkap dengan stocking pink DI ASPAL PANAS INI. Freak!.
Hei Darmawan!!, kamu juga Pakai itu ya.. cepat sana !!, Suruh pak Yanto secara bersamaan tangannya menunjuk stocking Adel.
Kamu kan sama Adel jadi instrukturnya hari ini, masa telanjang kaki begitu. tambahnya
“HAH!. Teriak dalam Hati. Tiba-tiba semua menjadi gelap. Hingga aku tidak dapat melihat masa depanku sendiri.
Pak, Aku kan Cowok masa pake itu???. Mencoba protes, gayaku sekarang seperti pemain bola kena kartu merah.
Iya kamu cowok, Adel cewek.. Memangnya Adel apa ???, tangan pak Yanto menutupi mulutnya yang tertawa cekikikan.
“Dia bukan cewek pak, dia banci!.  (keki)
 Hahahaha Yaudah pakek sana ya atau nilainya saya kurangin???, tadinya tertawa tapi tiba-tiba langsung serius.

Segera aku  ke ruangan mengganti pakaianku dengan dress pink, stocking pink, dan sepatu balet warna Putih. Kini aku dan Adel hanya berbeda model rambut saja.
Aku tidak habis fikir kenapa aku disuruh melakukan hal memalukan seperti ini. Mana sempat dilihat anak-anak perempuan kelas 1, makin turun saja pasaranku.
Sampai dilapangan..
hening sesaat
HUAHAHAHAHA.BODOHHHHHHH, itu baju Balet Adel kenapa kamu pakek juga???, suara dari rongga mulut pak Yanto menggema. Diikuti gelak tawa semua siswa yang hadir dan segelintir anak-anak  kelas 1. 
Bapak suruh pakek sepatu, kenapa kamu malah pakek baju balet begitu?? Ngelantur kamu ya!!, muka pak yanto memerah seakan geli melihat siswanya bermetamorfosis menjadi banci nyentrik.
Yasudah kalo nunggu kamu ganti baju lagi jadinya lama, nanti keburu bel lagi.. lanjut aja ya.
Aku tidak berani berbicara apa-apa, sudah terlanjur malu.
Sesuai instruksi pak Yanto Aku dan Adel mempimpin senam. Lagu yang diputar Madu dan Racun.  Adel memang sangat berbakat dalam hal ini, sedangkan gerakanku hanya mengikuti instruksi Pak Yanto saja.
Liukan tubuh adel terlihat lentur seperti penari profesional. Bahkan aku fikir dia masih bisa bersaing dengan para finalis acara We Can Dance. Aku juga sempat melihat Pak Yanto terkagum-kagum melihat gerakan Adel. Katanya Marvelous, Sambil  bertepuk tangan. Sedangkan Aku, Aku seperti banci maniak cari perhatian. Anak-Anak perempuan kelas 1 saja pada jijik melihatku. Ampun deh.
Akhirnya mata pelajaran olahraga berakhir, begitu juga dengan penderitaanku. Setelah peluit dibunyikan aku bergegas pergi keruang ganti. Semua atribut memalukan aku lepas dan aku ganti dengan seragam kembali. Selesai ganti baju didepan pintu saat tubuhku keluar Aku berpapasan denganya. Lioni. Atau Aku biasa memanggilnya Cumi. Karena merah warna wajahnya ketika malu mirip dengan cumi rebus. Anggap saja itu panggilan kesayangan dariku. Kini matanya yang besar sedang memperhatikanku. Yap, dia mendapatkanku. Ayo peluklah aku. ‘Ngarep’.
Setelah beberapa saat memperhatikanku dalam-dalam dia langsung menutup wajah dengan kedua tanganya seperti malu dan pergi begitu saja dariku. Aku tak bergeming menatap rambut indahnya bergoyang-goyang menjauh. Apakah sebegitu hebatnya Aku dihatinya sampai dia tidak berani menatapku lebih dalam. Aku terdiam, terperangah masuk kedalam anganku sendiri, hampir saja aku jatuh menindih tebaran bunga mawar merah yang berserakan dalam hayal tiba-tiba Adel menangkapku dengan kedua tangannya. Dengan wajah maskulinya dia berkata, Reselting elo noh kebuka.
BUAAAAAaarrrrrrrrrrrrrr !!!!, suara ombak yang meluluh lantahkan angan-anganku. Menghancurkan impianku, memporak-porandakan pondasi cintaku.
Tidaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkk, teriakanku dalam hati.  Ternyata Lioni pergi karena jijik sama aku. Lengkap sudah penderitaanku hari ini. "najis najis najisss" gumamku dalam hati..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIDAK MENERIMA SUMBANGAN

Part 2. Semua Jadi Konyol

Poems