Pertemuan terakhir dengan sang begawan

hari ini

ya hari ini adalah hari terakhir gue bakal melihat perut tambun si Bos. serah terima jabatan udah dilakukan, saat perpisahanpun tiba. cuaca diluar mungkin nggak sepanas mata gue yang beberapa menit lagi bakal mengeluarkan tetesan kecil air mata. Bos gue menginstruksikan perpisahan akan diadakan di tempat makan favorit kami. dengan terhuyung Jimmi menghampiri line telepon tangannya gemetaran saat menekan nomer telepon rumah makan nyonya suharti, gemeterannya mungkin sama seperti orang lansia masuk WC.

Sudut pandang gue tertutup kesedihan yang mendalam, ditinggal pergi induk ayam pastilah membuat anak ayam loncat2an ketakutan, begitulah pikir gue. yap suasana mendadak jadi haru biru ketika Bos gue menyampaikan kesan2nya dihadapan kita. 1 persatu anak-anak buahnya dipersilahkan mengutarakan isi hatinya, kesan dan pesan serta doa. untuk pertama kali kesan dan pesan disampaikan oleh Bp gatot, manager gue. dia cuma bilang intinya "Bos jangan lupa makan ya disana", terdenger gay banget. tapi asli dia nggak berkata seperti itu, manager gue dengan kata2nya membangunkan perasaan kita yang ketakutan pasca ditinggal Bos besar. mungkin tanpanya tugas kita akan menjadi berat, itu otomatis. namun ketika kita bisa melewati itu semua maka kita secara otomatis pula akan mendapat predikat lebih baik dari dia. ya lebih baik dari seorang begawan.

giliran berganti dari pak gatot ke Tri lalu ke Dimas, "dalam penyampaiannnya dimas sempat berkata,
"dimana pun bapak adalah guru bagi saya, dan tidak ada yang namanya mantan guru pak, jadi sampaikapanpun bapak tetap guru saya", katanya dengan lantang,
kemudian ipul,
"kalo kata dimas bapak adalah guru, maka buat saya bapak adalah Ayah, jadi sampai kapanpun hubungan kita tidak akan putus", balas ipul.
gue sempet berfikir kalo nanti giliran gue apa gue bilang aja sebenernya bapak adalah ayah biologis saya, biar lebih akrab dari guru atau sekedar ayah dikantor. tapi karena takut malah timbul fitnah maka kata-kata itu gue pendam dalam-dalam.
sebelom giliran gue tiba, Jimmie dengan wajah super sedih meringkuk dengan linangan airmata yang sudah diujung. Matanya nggak bisa membohongi gue. yakinlah itu bukan karen laper, tapi lebih kepada nggak rela berpisah. jujur gue juga nggak rela, yang pasti sepeninggal Bos gue diruangan pasti akan sepi abis, nggak ada yang bisa mengimbangi lawakan gue. pasti gue jadi besi karatan kembali. kita pasti akan sangat merasakan kehilangan. kata pujangga ada benernya juga "kamu akan merasakan kehilangan ketika orang itu sudah tidak ada disampingmu lagi". jimmie nggak bersuara sedikitpun, sepertinya nggak mampu untuk membuka mulutnya, airmatanya menjadi pecah. gue nggak tega ngeliatnya, raut wajahnya kala itu lebih sedih daripada korban gusuran yang belom dapat dana kerohiman.
dengan pengertian yang amat teliti dari bos gue dia membiarkan airmatanya terlarut, mukanya Jimmi yang mirip bart simpson tertatih mengucapkan salam perpisahan.

pesta perpisahan seperti ini sangat nggak pernah terjadi dikehidupan gue, membuat gue canggung ngga bisa mengeluarkan kata-kata ajaib karena belum bisa terfikirkan diotak gue. namun secara spontan gue sempet berucap kalo dia adalah orang yang sangat mengerti bagaimana memperlakukan masing-masing individu anak buahnya. Mungkin kata yang tepat buat dia "the right man in every place". karena dia hampir dapat melakukan apapun. excelent.
btw bagi gue dia belom pergi lho, rohnya masih ada diruangan, fotonya masih terpasang rapih didinding seberang mata gue.


"sang begawan datang tampak muka, pergi tampak punggung"

the end

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIDAK MENERIMA SUMBANGAN

Part 2. Semua Jadi Konyol

Poems